SEKITAR pukul 08.00 di hari Kamis (15/2), tiga unit mobil telah stanby di parkiran hotel, tiga orang driver yang sekaligus merangkap sebagai Tour Guide (pemandu wisata) juga telah menunggu para Kru Radar Lambar – Radar Pesbar yang memang telah berkomunikasi beberapa hari sebelum tiba di Yogyakarta untuk dipandu dalam menikmati spot-spot wisata di daerah itu.
Usai sarapan pagi, para Kru Radar Lambar – Radar Pesbar terbagi dalam tiga mobil untuk dibawa ke titik pertama yakni Gunung Merapi. Sekitar pukul 09.00 para Kru tiba di salah satu Base camp ‘Merapi Adventure’. Di titik ini, Pak Gito (salah satu driver yang membawa kru) sedikit memberikan gambaran soal keseruan beriwsata di wilayah Lava Tour Merapi atau lebih tepatnya di Dusun Krangkah, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Para kru, yang telah mendaftarkan dan telah diberi pengarahan untuk kepentingan keselamatan oleh para petugas wisata langsung membawa para Kru menelusuri keindahan alam Merapi menggunakan Jeep klasik diantaranya Willyz, Mambo CJ, Jeep Mitsubishi dan lainnya. Menggunakan empat mobil, para Kru diantarkan menyusuri daerah-daerah yang hancur akibat letusan gunung Merapi 2010 dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah pasca letusan.
Spot pertama dikunjungi yakni, museum sisa harta ku yang terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Museum ini merupakan satu dari sekian banyak rumah yang hancur akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010. Keadaan rumah yang rusak parah mampu membuat kita membayangkan betapa mengerikannya bencana erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 silam.
Benda yang cukup berkesan di dalam museum ini yaitu jam erupsi. Jam ini merupakan satu-satunya jam yang menunjukkan waktu ketika rumah atau daerah di wilayah tersebut harcur akibat erupsi merapi. Jarum pendek menunjuk angka 12 sedangkan jarum panjang menunjuk angka 5, atau dengan kata lain wilayah dusun Petung hancur pada pukul 00.05 WIB malam jum’at Kliwon, 5 November 2010.
Di dalam museum, para Kru melihat kumpulan benda-benda yang menjadi saksi bisu kedahsyatan erupsi merapi tahun 2010. Benda tersebut antara lain sepeda motor, benda pusaka, gamelan, kerangka hewan, dan berbagai perlengkapan rumah tangga lain yang meleleh akibat keganasan awan panas atau lebih dikenal dengan wedhus gembel.
Setelah itu, mobil-mobil adventure mengantarkan Kru ke salah satu keunikan yang ada di daerah itu, muai dari sebuah Bunker Kali Adem yang pada saat gunung merapi tersebut meletus, terdapat dua mahasiswa yang meninggal dunia dengan kondisi yang sudah menjadi arang setelah bersembunyi dengan niat menyelamatkan diri namun panasnya lahar merapi menghanguskan semua yang dilewatinya, tak terkecuali Bunker yang berdinding baja yang konon saat tim penyelamat masuk dalam bunker tersebut temperature masih mencapai 800 derajat celcius.
Lalu, Kru dibawa ke spot lainnya yakni Batu Alien yang merupakan salah satu batu besar yang keluar dari mulut gunung merapi ketika erupsi tahun 2010. Batu Alien memiliki diameter kurang lebih lima meter. Batu tersebut dijuluki batu Alien karena bentuknya yang menyerupai wajah manusia.
Slamet yang akrab disapa Udin salah satu driver jeep sedikit bercerita tentang kisah batu itu yang muncul pasca meletusnya gunung merapi, yang sebelumnya nama batu itu adalah batu alian/alihan, namun belakangan diplesetkan menjadi batu alien (konon makhluk luar angkasa).
”Kalau di foso dari salah satu sudut batu ini mirip wajah manusia pak, dulu namanya batu alian atau alihan tapi sekarang banyak yang menamainya alien,” ujar Udin seraya menujukkkan bentuk wajah mulai dari mata, hitung dan mulut.
Setelah itu, para Kru dibawa ke kali opak yang merupakan salah satu sungai yang berhulu di lereng gunung merapi sebelah selatan. Panjang sungai Opak kurang lebih 12 KM dengan kedalaman sekitar 30 meter.
Sungai ini memisahkan dua desa di Kecamatan Cangkringan yaitu Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo. Sebelum erupsi merapi tahun 2010, tebing di sungai Opak ditumbuhi pepohonan liar yang cukup banyak. Di sekitar sungai juga tumbuh dengan subur pohon-pohon sengon milik warga sekitar. Sejak puluhan tahun lalu banyak warga yang mencari nafkah di sungai ini dengan cara menambang pasir dan batu yang ada di dalamnya.
Sekitar pukul 11.00 para Kru kembali dibawa ke base camp. Tentu keseruan yang sangat singkat, namun mendapatkan banyak cerita dan sangat memacu adrenalin, bahkan tak jarang teriakan-teriakan terdengat sepanjang jalan.
Usai makan siang, sekitar pukul 14.00 Kru Radar Lambar kembali dibawa oleh pak Gito dan dua rekannya menuju objek wisata Candi Borobudur, salah satu peninggalan sejarah agama Buddha.
Di Candi Borobudur yang konon didirikan oleh penganut agama Buddha Mahayana yang diperkirakan berdiri tahun 800 masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra para Kru disambut dengan guyuran hujan deras, tak banyak momen yang bisa diabadikan dengan kamera di spot ini, namun keindahan aristektur bangun yang diluar nalar manusia modern tersebut tentu tetap tersirat.
Candi Borobudur merupakan candi atau kuil Buddha terbesar di dunia. Selain itu Candi Borobudur merupakan salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Monumen Candi Borobudur terdiri atas 6 teras yang berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Terdapat 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha yang menghiasi Candi Borobudur. Dengan banyaknya jumlah relief yang dapat ditemukan, Candi Borobudur dinobatkan sebagai candi yang memiliki relief Buddha terbanyak dan terlengkap di dunia.
Lelah menelusuri Candi Borobudur, para Kru dibawa pulang oleh Tour Guide menuju hotel yang menjadi tempat bermalam. Tiba di hotel sekitar pukul 19.30, suasana Malioboro juga tampak hujan deras, para pedagang maupun wisatawan tampak memenuju emperan toko, atau bangunan-bangunan lainnya untuk berlindung dari derasnya guyuran hujan.
Usai beristirahat sejenak dan mandi, para Kru Radar Lambar – Radar Pesbar bertaburan di sepanjang jalan malioboro. Iya, di malam kedua ini, para Kru menikmati wisata malam di wilayah legendaries tersebut,. (BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar