![]() |
Ketua Umum ke-II PERMA Lambar Hendrik Kurniawan |
Radarlambar.com – Pengurus Persatuan Mahasiswa dan Pemuda (PERMA) Lampung Barat, angkat bicara soal penolakan deklarasi #2019GantiPresiden yang akan dilaksanakan di Bandarlampung Jumat (7/9-2018), oleh sepuluh orang mahasiswa STIT Multazam kampus Lambar yang mengatasnamakan Perhimpunan Mahasiswa Lambar, di bundaran Tugu Ara Pasar Liwa Kecamatan Balikbukit Rabu (5/9-2018) lalu.
Ketua Umum ke-II PERMA Lambar Hendrik Kurniawan mengungkapkan, dengan melihat kondisi politik di Indonesia yang semakin hangat menjelang pemilihan umum tahun 2019, membuat banyak elite-elite politik yang melakukan berbagai cara, salah satu yang sedang viral yaitu #2019GantiPresiden, yang menuai banyak pro-kontra.
Namun, kata dia, jika melihat pernyataan dari bawaslu, #2019GantiPresiden bukanlah sebuah kampanye, bahkan dinyatakan sah. Selain itu #2019GantiPresiden juga memenuhi syarat administratif yang berlaku.
”Banyaknya penolakan terhadap deklarasi #2019gantipresiden di berbagai wilayah termasuk di Lampung merupakan hal lumrah, namun yang amat disayangkan ada oknum-oknum yang melakukan berbagai tindakan melanggar hukum dalam menolak deklarasi tersebut,” ungkapnya.
Dikatakannya, penolakan aksi Deklarasi #2019GantiPresiden dari element Mahasiswa yang memberi nama dirinya Perhimpunan Mahasiswa Lambar, pada Rabu (5/9) lalu, tidak tepat dan seyogya-nya mahasiswa harus jeli untuk melihat dan mengkaji dengan literasi bukan menggunakan khayalan belaka.
”Deklarasi #2019GantiPresiden merupakan Gerakan Politik mengingat 2019 indonesia akan melakukan pemilihan Presiden, Mahasiswa yang menolak aksi Deklarasi tanggal 7 september 2018 telah menghilangkan sifat dari mahasiswa yang harus independent dan objektif dalam menilai sesuatu permasalahan. Dan diketahui, kegiatan deklarasi #2019GantiPresiden adalah sebuah Hak bagi setiap warga negara yang dilindungi oleh Undang-Undang,” tegasnya.
Menyikapi itu semua, sambung dia, secara kelembagaan PERMA Lambar memilih sikap untuk tidak menolak atau mendukung kegiatan deklarasi #2019GantiPresiden, untuk menjaga keharmonisan dikalangan Masyarakat Indonesia Umumnya dan Lambar khususnya.
”Seperti kutipan dari Abraham Lincoln pemerintahan yang demokratis adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi adalah sistem atau bentuk pemerintahan yang mana seluruh rakyat ikut serta alias terlibat dalam menjalankan roda pemerintahan melalui wakil-wakil rakyat yang telah dipilih oleh rakyat. Dengan adanya wakil rakyat, pandangan hidup, gagasan, hak dan kewajiban, dan perlakuan yang sama bagi seluruh rakyat dapat direalisasikan. Di dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, rakyat memiliki hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, seperti yang diatur dalam Undang-undang,” imbuhnya.
Sebelumnya, sepuluh orang mahasiswa STIT Multazam, kampus Lambar, yang mengatasnamakan Perhimpunan Mahasiswa Lambar, menggelar aksi unjuk rasa (AUR) Damai, di bundaran tugu ara Pasar Liwa Kecamatan Balikbukit terkait dengan rencana deklarasi #2019gantipresiden di Bandarlampung pada 7 September mendatang.
Aksi tersebut cukup mencuri perhatian, selain aksi tersebut tanpa koordinasi dengan sejumlah perkumpulan mahasiswa Lambar lainnya yang berada di luar kota seperti di Bandarlampung maupun di kota-kota lainnya, juga para peserta aksi berasal dari sekolah tinggi yang terdapat salah seorang politisi selaku ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIT Multazam.
Koordinator Lapangan (Korlab) AUR Damai Agus Suprianto mengaku, sebagian besar dari peserta aksi adalah mahasiswa Multazam yang tergabung dalam perkumpulan mahasiswa Lambar, kendati begitu Agus juga membantah jika aksi tersebut ditunggangi oleh kepentingan politik.
”Ini atas keprihatinan mahasiswa Lampung Barat adanya tagar 2019 ganti presiden, yang menurutnya itu bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Ini murni dari perihatinan dari politik yang terjadi akhir-akhir ini (tidak ditunggangi politik atau kepentingan),” ujarnya, seraaya menambahkan bahwa pihaknya yang tergabung dalam perhimpunan tersebut merupakan mahasiswa STIT Mutazzam. (nopri/lusi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar