![]() |
Ilustrasi-net |
Salah satu organisasi perangkat daerah (OPD) menangani pangan tersebut, menyampaikan solusi salah satunya mendorong Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan perdagangan (Koperindag) untuk menganggarkan biaya sewa lapak sayur di sejumlah pasar induk di luar daerah.
“Bukan hanya tomat, tapi juga sayur - mayur lainnya sering di buang petani karena harga yang tidak sesuai, dan menurut kami penyebab utamanya adalah mafia pasar,” ungkap Sekretaris DKP Lambar Hamrowi S.H, M.H.,mendampingi Ir. Rusdi.Menurutnya, ada beberapa kawasan yang menjadi pasar induk penampung hortikultura dengan skala besar seperti di daerah Keramat jati, DKI Jakarta, Pasar Cibitung kota Bekasi, pasar Jakabaring Kota Palembang, Pasar Tamin Bandarlampung serta sejumlah pasar induk kecil di sejumlah kabupaten/kota.
“Nah disitu kita bisa sewa lapak sekaligus pekerja khusus untuk menjual hasil tanaman hortikultura dari Lambar, karena selama ini penyebab anjlok harga sayur-mayur karena adaanya permainan mafia di pasar induk, dan cara mengatasinya kita harus terlibat langsung dalam penjualan ke sejumlah daerah tersebut,” terangnya.
Terlebih, kata dia, Lambar merupakan daerah penghasil tanaman hortikultura terbesar ke-2 di Provinsi Lampung setelah Gisting, Kabupaten Tanggamus sehingga pihaknya berharap potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyuplai pasar induk di sejumlah wilayah kabupaten/kota lainnya.
“Karena seperti yang kita tahu solusi yang dihadirkan oleh dinas terkait selama ini seperti mengolah tomat menjadi dodol atau produk makanan lainnya kurang efektif, karena volume penyerapan sangat kecil sekali, misalnya jika ada 5 ton tomat yang terbuang karena harga anjlok, kan tidak mungkin untuk dibuat dodol semua atau olahan makanan lainnya,” kata dia.(edi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar