Kepala DTPH Lambar Yedi Ruhyadi diruang kerjanya Selasa (14/1) mengungkapkan, dari total 13.443 luas areal persawahan di kabupaten setempat, yang biasa ditanami tanaman pangan berupa padi, kini jumlahnya sudah berkurang.
”Ada 2.000 hektare yang sudah alih fungsi, tentunya terkait dengan masalah alih fungsi tersebut pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak, karena sebenarnya ada beberapa factor yang menjadi penyebab, seperti sawah tadah hujan yang memang sulit untuk ditanami pada saat-saat tertentu seperti musim kemarau, kemudian adanya masyarakat yang ingin mencoba usaha baru seperti budidaya ikan,” ujarnya.
Namun, kata Yedi, dengan adanya alih fungsi lahan yang luasnya mencapai 2.000 hektare tersebut maka berdampak terhadap penurunan produksi beras yang dihasilkan kabupaten setempat, yang jumlahnya mencapai 8.000 ton.
”Untuk per hectare areal persawahan itu produksinya bisa mencapai 4 ton, sehingga dengan adanya alih fungsi lahan yang luasnya mencapai 2.000 hektare tersebut maka mau tidak mau penurunan produksi bisa mencapai 8.000 ton,” bebernya.
Menurut Yedi, pihaknya tidak menginginkan terjadinya alih fungsi lahan tersebut, dan pihaknya menawarkan solusi kepada petani untuk tetap bisa menjalankan usahanya seperti menanam komoditas hortikultura maupun usaha budidaya ikan tanpa meninggalkan produk aslinya yakni padi.
”Untuk tanaman hortikultura bisa saja petani memanfaatkan saat-saat tertentu seperti musim kemarau yang tidak memungkinkan untuk menanam padi khususnya sawah tadah hujan, namun tetap menanam padi saat musim penghujan, kemudian untuk budidaya ikan sebenarnya bisa melalui system mina tani, dimana saat padi sudah ditanam dan tumbuh, petani bisa menebar benih ikan yang pertumbuhannya akan sangat baik,” pungkasnya. (nop)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar